
Sedangkan sebuah gedung besar yang terletak di Jalan Lumban Tobing, kawasan Pasar Legi, dibeli dan digunakan untuk kantor sekretariat, doa malam maupun kegiatan lainnya. Saat itu belum ada gerejanya, sehingga pelaksanaan ibadah raya selalu diadakan di Hotel Sahid dengan jam tertentu, yakni pukul 9.30. Riva mendirikan cabang untuk di dalam kota Solo. Ketika gerejanya di Solo Baru sudah berkembang, maka Pdt. Riva keluar dan pada 1990 mendirikan Gereja Bethany di Solo Baru, kota satelit yang menempel di bagian selatan kota Solo. Akan tetapi, ketidak sesuaian dengan sesama pendeta di tempat itu, maka Pdt. Dengan menempati sebidang tanah untuk bangunan yang mampu menampung 1000 jemaat dan bersebelahan dengan lokasi Universitas Negeri Sebelas Maret, merupakan awal berdirinya gereja. Riva yang diberi tugas untuk menjadi penggembala gereja di kota itu. Saat itu masih tergabung dengan Sinode Bethel. Keberadaan Gereja Bethany Indonesia-Solo sebenarnya diawali pada. Bukan sekedar bangunannya, namun juga kisah atau sejarahnya yang bisa menjadi perhatian.

Seperti kondangnya nama pasar-pasar tradisional di kota tersebut, antara lain Pasar Gede, Pasar Pon, Pasar Kliwon, demikian pula nama Pasar Legi.īegitu pula bagi jemaat Gereja Bethany Indonesia yang bermukim di Solo atau kota-kota sekitarnya, maka gereja yang di Jalan Lumban Tobing yang masuk kecamatan Pasar Legi tersebut menjadi terkenal.

BETHANY.OR.ID -Pasar Legi di kota Solo, sudah tidak asing buat para pendatang setia ke “kota nasi liwet” itu.
